"Moskow ingin berbicara lagi dengan AS dalam posisi seimbang. Dengan begitu, Putin bertujuan untuk membangun hubungan dengan negara-negara di wilayah ini. Pada prinsipnya, ia siap untuk berbicara dengan semua orang. Pada saat yang sama, ia tahu persis saat itu adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kekuatan militernya dan menciptakan fakta," tulis surat kabar itu seperti disitat dari Sputniknews, Jumat (2/9/2016).
Setahun yang lalu, Rusia memulai operasinya di Suriah menyusul permintaan resmi dari Presiden Bashar al-Assad. "Ini segara menjadikan Suriah negara yang tidak mungkin lagi memiliki resolusi terhadap konflik," kata surat kabar itu.
Tidak seperti Uni Soviet, Rusia sekarang mengejar pendekatan yang lebih pragmatis ketimbang ideologis. Pada musim gugur tahun lalu, ada ketakutan bahwa konfrontasi militer antara Rusia dan Turki mungkin terjadi, terutama setelah Angkatan Udara Turki telah menembak jatuh sebuah jet tempur Rusia Su-24. Tapi sekarang, setelah rekonsiliasi antara Ankara-Moskow, kemungkinan seperti itu tampaknya menjadi agak tidak mungkin.
"Indikator perilaku Moskow saat ini adalah fleksibilitas. Hari ini, respon Rusia untuk intervensi militer Turki di Suriah sangat moderat, yang menunjukkan adanya perjanjian diam-diam. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pihaknya cemas tentang perkembangan di Suriah. Namun, beberapa bulan yang lalu, sebelum rekonsiliasi antara Putin dan Erdogan, kritik akan menjadi jauh lebih sulit," kata surat kabar itu.
Hubungan antara Moskow dan Ankara memburuk setelah pesawat tempur F-16 Turki menembak jatuh jet bomber Su-24 Rusia di atas Suriah pada 24 November 2015. Menyusul insiden itu, Rusia memberlakukan tindakan pembatasan melawan Turki, termasuk sanksi dalam perdagangan, pariwisata dan investasi.
Rekonsiliasi antara kedua pihak berlangsung pada bulan Juni lalu, menyusul permintaan maaf Turki ke Rusia untuk insiden November. Pada bulan Agustus, Turki mulai operasi militer di Suriah untuk menghilangkan Daesh dan mengusir pejuang Kurdi dari perbatasannya.
via : http://international.sindonews.com
Post a Comment